Saya
pernah menghayalkan sebuah hidup yang lebih baik dari ini. Hidup dimana saya dapat melakukan apa yang
saya inginkan,
Saya
pernah berpikir mengapa semua ini berlangsung. Hidup ini, saat ini yang saya
jalani ini begitu indah tepat seperti
apa yang saya inginkan,
Apa yang
pernah saya inginkan tidaklah sama dengan apa yang kini saya inginkan. Smuanya
berubah, semuanya berganti dari keraguan menjadi keyakinan, kegundahan menjadi
kepastian, kuatir menjadi percaya.
Seringkali
saya ragu melangkahkan kaki, sebagai orang muda banyak hal yang harus saya
pelajari, terkadang saya harus menanggung sakit dan ditinggalkan, tak jarang
saya harus dicibir dan dianggap rendah, seringkali harus menghadapi pertentangan dari mereka
yang seharusnya mendukung saya…
Oh saya
takut, takut terlalu mendramatisir perjalanan hidup ini, tapi demikianlah
pengalaman hidup yang dilewati. Saya takut mendapat simpati yang berlebihan,
tetapi apakah itu tujuan saya menulis
ini?
Saya
hanya ingin menulis ini, hanya ingin mencurahkan isi hati saya,
Terlalu
jauh sudah saya melangkah, beberapa keputusan besar telah saya lakukan,
beberapa tindakan penting telah diambil, tak bisa mundur!
Kini
berapapun harganya harus dibayar.
Bahkan itu seandainya gagal menikah tahun depan.
Ooh
Tuhan, seperti dua sisi mata koin.
Satu
sisi, sungguh indah melihat Engkau bekerja dengan cara ajaib menjawab doa-doa
kami, Engkau sungguh melakukan mujizat membuktikan bahwa Engkau yang berkuasa
atas seluruh perangkat dan fasilitas pelayanan ini. Disisi ini, hidup sungguh
indah karena aku belajar untuk bersabar dan mengandalkan Engkau yang Tuhan.
Sisi
lainya sungguh menantang, karena saya harus belajar melangkah dengan iman.
Langkah iman ini seringkali harus berbenturan dengan dunia nyata dimana
mayoritas orang berpikir praktis dan mengandalkan logika untung rugi.
Mengandalkan Tuhan sungguh indah namun menghadapi arus utama tidak indah
tentunya. Resiko membuat keputusan yang salah selalu menghantui, namun Engkau
ya Bapa, menenangkan hati ini, setenang bayi yang tertidur pulas di dada
ibunya.
Bapa,
aku mau terus berjalan bersamaMu, aku mau terus menghadapi tantangan-tantangan
yang memang harus kuhadapi,
Bapa,
aku mau terus menikmati mujizat-mujizatMu, aku mau hidup dalam keajaiban
perlindunganMu, aku mau menjadi biasa dengan kritikan-kritikan atas tindakan
iman yang ku ambil,
Bapa,
aku mau bersamaMu. Selamanya.
Komentar
Posting Komentar
Pendapatmu?