Ada fakta menarik dalam silsilah Yesus Kristus yaitu kisah 2 pelacur yang
kemudian menjadi nenek moyang Yesus Kristus. Sebagai manusia kita tak dapat
menentukan dari siapa dan keluarga yang bagaimanakah kita ingin dilahirkan.
Namun sebagai Anak Allah Yesus Kristus tentulah bisa memilih dari siapa IA
ingin dilahirkan. Mengapa Allah memilih Tamar dan Rahab menjadi bagian dari
wanita yang melahirkan nenek moyang Yesus Kristus?
2 wanita yang tercatat
dalam ayat 3 dan ayat 5 dari Matius 1 ini adalah Pelacur. Jadi faktanya ialah
Yesus Kristus, Sang Raja Mulia, lahir dari keturunan 2 wanita pelacur. Apa
pendapat anda?
Tak mungkin!!!
Apakah saya sedang
menelanjangi rendahnya status kebangsawanan Yesus Kristus sebagai keturunan
raja Daud ataukah Alkitab memang tak menutup-nutupi jati diri Yesus Kristus
Sang Anak Allah yang hidup itu? Untuk menjembatani kedua kutub diatas, marilah
kita melihat kedua wanita pelacur ini secara dekat, melihat kehidupan pribadi
mereka, keluarga mereka dan lingkungan mereka.
1. Tamar
Yehuda memperanakkan Peres
dan Zerah dari Tamar... (Matius 1:3. TB).
Siapakah Tamar? Si wanita
baik-baik ini memutuskan untuk melacurkan diri dan akhirnya dari pelacurannya
itu ia melahirkan Peres dan Zerah, benarkah kesimpulan dari kisah Tamar?
Berikut kisah lengkap Tamar yang terbagi dalam 3 episode;
Episode pertama : Tamar Di
Buang
“Kira-kira pada waktu itu
Yehuda meninggalkan saudara-saudaranya dan tinggal bersama Hira, seorang
laki-laki yang berasal dari kota Adulam. Di situ Yehuda berkenalan dengan
seorang gadis Kanaan, anak Sua, lalu mereka kawin. Anak mereka yang pertama
laki-laki, diberi nama Er oleh ayahnya. Anak kedua, juga laki-laki,
dinamakannya Onan. Anak ketiga pun laki-laki, dan dinamakannya Syela. Waktu
Syela lahir Yehuda sedang ada di Kezib. Yehuda mengawinkan Er, anaknya yang
sulung dengan Tamar. Kelakuan Er jahat sekali, sehingga TUHAN marah kepadanya
dan membunuhnya. Lalu Yehuda berkata kepada Onan adik Er, "Pergilah kepada
janda abangmu, dan tidurlah dengan dia. Penuhilah kewajibanmu terhadap dia,
sebab engkau adik suaminya; dengan demikian abangmu bisa mendapat
keturunan." Tetapi Onan tahu bahwa anak-anaknya nanti tidak akan menjadi
miliknya. Jadi, setiap kali ia bersetubuh dengan janda abangnya itu,
dibiarkannya maninya tumpah di luar supaya abangnya tidak akan mendapat
keturunan. Perbuatannya itu membuat TUHAN marah, dan TUHAN membunuh dia juga.
Kemudian berkatalah Yehuda kepada Tamar menantunya itu, "Kembalilah ke
rumah orang tuamu dan tinggallah di situ sebagai janda sampai anakku Syela menjadi
besar." Ia berkata demikian karena takut jangan-jangan Syela akan dibunuh
TUHAN juga, seperti kedua abangnya. Maka pulanglah Tamar ke rumah orang
tuanya.” (Kej 38:1-11 i_BIS)
Beberapa fakta dan
pelajaran dari episode pertama:
1. Tamar
adalah menantu Yehuda yang dipilihnya menjadi istri bagi anak pertamanya. Anak
sulung adalah kebanggaan seorang ayah. Pada zaman itu, Er akan melanjutkan nama
dan keturunan Yehuda. Er juga akan menguasai harta milik ayahnya. Tentulah
pertimbangan masa depan yang akan dihadapi Er membuat Yehuda memilih seorang
wanita yang baik dan pandai untuk mendampingi Er dan pilihan itu jatuh kepada
Tamar.
2. Tamar
tidak bersalah dalam kematian Er. TUHAN marah dan membunuh Er karena
kejahatannya sendiri. Tidak jelas apa kejahatan Er, namun Allah tidak menghukum
Tamar istrinya karena kejahatan suaminya.
3. Tamar
juga tidak bersalah dalam kematian Onan adik Er. TUHAN marah dan membunuh Onan
karena perbuatannya sendiri. Beberapa dosa Onan ialah sebagai berikut :
a. Onan
memandang rendah hubungan persetubuhan suami istri.
b. Onan
memandang dan memperlakukan Tamar seperti pelacur. Seperti kemudian dalam
episode kedua, Yehuda ayahnya juga memandang Tamar sebagai pelacur yang
seharusnya bisa dikenalnya ketika mereka bersetubuh.
4. Tamar
akhirnya dihakimi sebagai pembunuh oleh Yehuda. Sesungguhnya Yehuda melihat
tindakan TUHAN membunuh kedua anaknya karena kesalahan Tamar dan bukan
kesalahan Er dan Onan anak-anaknya itu.
Iman Tamar dan Iman Kita
Dalam ke empat fakta dan
pelajaran diatas kita melihat kehidupan Tamar yang dikorbankan demi nama baik
dan kesejahteraan keluarga Yehuda. Namun dalam kondisinya itu Tamar tidak
membela diri tetapi bertindak bijak dengan diam dan menerima kenyataan. Mungkin
sikapnya disebabkan oleh budaya zaman itu yang menempatkan wanita sebagai golongan
kedua sehingga tidak berhak membela diri? Mungkin! Namun yang jelas, Tamar
adalah wanita yang berpengharapan dan menghargai dirinya. Ia tidak melihat
situasinya sebagai sebuah petaka tetapi sebagai bagian dari rencana Tuhan
baginya. Apakah Tamar adalah seorang beriman? Mungkin! Akan tetapi dari
tindakan-tindakannya kita melihat iman Tamar.
Seringkali iman menuntut
kita untuk berdiam dan bersabar dalam penderitaan seperti Tamar. Iman tidak
membuat seseorang bertindak sembarang mengatasnamakan Tuhan atau
mengatasnamakan hak-hak asasi manusia. Tamar akhirnya pulang kerumah
orangtuanya dengan status Janda tanpa berkesempatan atau diberikan kesempatan
menuntut hak-haknya. Iman tidak membuat kita gegabah dan mengambil jalan pintas
dan instan. Iman akan menolong kita bersabar, percaya dan menanti tergenapinya
rencana Tuhan dalam kehidupan kita.
Episode kedua: Tamar
Melacurkan Diri
“Beberapa waktu kemudian
istri Yehuda meninggal. Setelah habis masa berkabung, Yehuda mengajak Hira,
temannya dari Adulam itu, pergi ke Timna, tempat domba-dombanya digunting
bulunya. Tamar mendapat kabar bahwa Yehuda mertuanya akan datang ke Timna untuk
menggunting bulu domba-dombanya. Maka ia mengganti pakaian jandanya dengan
pakaian lain. Mukanya ditutupnya dengan selubung, lalu duduklah ia di pintu
gerbang kota Enaim, yang terletak di jalan menuju ke Timna. Tamar tahu betul
bahwa Syela, anak Yehuda yang bungsu, sudah besar, tetapi ia belum juga
dikawinkan dengan pemuda itu. Ketika Yehuda melihat Tamar, disangkanya wanita
itu seorang pelacur, karena wajahnya terselubung. Lalu Yehuda mendekatinya di
pinggir jalan itu, dan berkata, "Berapa yang kauminta?" Ia tidak tahu
bahwa wanita itu menantunya sendiri. Tamar menjawab, "Terserah pada
Tuan." Yehuda berkata lagi, "Saya akan memberikan kepadamu seekor
kambing muda." Jawab Tamar, "Boleh, asal ada jaminan, sampai Tuan
mengirimkan kambing itu." "Jaminan apa?" tanya Yehuda. Jawab
Tamar, "Berilah kepada saya stempel Tuan dengan talinya dan juga tongkat
yang ada pada Tuan itu." Yehuda memberikan benda-benda itu kepadanya, lalu
mereka bersetubuh, dan Tamar menjadi hamil. Tamar pulang ke rumahnya dan
membuka kain penutup mukanya, lalu mengenakan pakaian jandanya lagi. Beberapa
waktu kemudian Yehuda mengutus Hira, temannya, untuk mengantarkan kambing itu
dan meminta kembali benda-benda yang telah diberikannya sebagai jaminan, tetapi
Hira tidak dapat menemukan wanita itu. Hira bertanya-tanya kepada orang-orang
di Enaim, "Di mana pelacur yang biasanya menunggu di pinggir jalan
ini?" "Tidak pernah ada pelacur di sini," jawab mereka. Lalu
kembalilah Hira kepada Yehuda dan berkata, "Saya tidak dapat menemukan
wanita itu. Menurut orang-orang di sana tak pernah ada pelacur di situ."
Kata Yehuda, "Biarlah benda-benda itu untuk dia, asal saja kita tidak
mendapat malu. Saya sudah berusaha untuk membayarnya, tetapi engkau tak dapat
menemukan dia."” (Kej 38:12-23 i_BIS)
Beberapa fakta dan
pelajaran dari episode kedua:
1. Yehuda
adalah duda yang ditinggal mati istrinya, mencari pelacur untuk memuaskan
hasrat birahinya. Ia melihat Tamar yang disangkanya pelacur dan tidur dengan
dia. Persetubuhan seperti apa yang dilakukan Yehuda terhadap Tamar dan dimana
mereka melakukannya? Yang pasti sebuah pertanyaan besar ditanyakan kepada
Yehuda, "Apakah anda benar-benar tidak mengenal Tamar sebagai menantu anda
saat anda menyetubuhinya?"
2. Tamar
mengetahui dengan jelas bahwa Syela anak laki-laki Yehuda yang bungsu sudah
besar tetapi tidak diberikan kepada Tamar untuk menjadi suaminya.
3. Tamar
dengan sengaja menanggalkan pakaian jandanya dan mengenakan pakaian lain yang
serupa dengan pelacur. Tamar membiarkan dirinya disangka pelacur oleh Yehuda
ayah mertuanya.
4. Tamar
memiliki maksud lain dengan mengambil benda-benda jaminan dari Yehuda sebagai
jaminan pembayaran harga pelacuran tersebut.
5. Tamar
mengambil resiko dengan menjadi pelacur didaerah yang sama sekali bebas
porstitusi.
Iman Tamar dan Iman Kita
Bagian ini sangatlah
sensitif untuk dapat dijelaskan secara sederhana saja. Rentang waktu beberapa
tahun semenjak masa kecil Syela anak bungsu Yehuda hingga masa remaja mudanya
mungkin saja menyebabkan banyak perbedaan fisik terjadi sehingga Yehuda tidak mengenali
Tamar menantunya sendiri dan menyetubuhi Tamar sebagai pelacur. Ditambah lagi,
Yehuda yang tergolong orang terpandang tak mungkin sembarangan mengambil wanita
jikalau ia tidak memperhitungkannya secara fisik dan moral.
Apakah Tamar
benar-benar menanggalkan pakaian jandanya dengan tujuan untuk melacurkan
dirinya kepada Yehuda? Mungkin! Karena peristiwa itu berlangsung begitu saja
tanpa ada rasa canggung dari Tamar yang mengetahui bahwa laki-laki yang akan
menidurinya ini adalah ayah mertuanya. Alkitab menginformasikannya dengan
gamblang bahwa "Ketika Yehuda melihat Tamar, disangkanya wanita itu
seorang pelacur, karena wajahnya terselubung. Lalu Yehuda mendekatinya di
pinggir jalan itu, dan berkata, "Berapa yang kauminta?" Ia tidak tahu
bahwa wanita itu menantunya sendiri. Tamar menjawab, "Terserah pada
Tuan." Yehuda berkata lagi, "Saya akan memberikan kepadamu seekor
kambing muda." Jawab Tamar, "Boleh, asal ada jaminan, sampai Tuan
mengirimkan kambing itu." "Jaminan apa?" tanya Yehuda.
Jawab Tamar, "Berilah kepada saya stempel Tuan dengan talinya dan juga
tongkat yang ada pada Tuan itu." Yehuda memberikan benda-benda itu
kepadanya, lalu mereka bersetubuh, dan Tamar menjadi hamil." (Kejadian
38:15-18. BIS).
Inilah saat dan waktu yang
tepat bagi Tamar untuk mengadakan pembelaan. Ia tidak saja menuntut haknya
sebagai janda untuk diperistrikan lagi oleh adik laki-laki mendiang suaminya
seperti budaya saat itu melainkan Tamar menuntut Yehuda memandangnya sebagai
wanita baik-baik yang bersih dari kesalahan akan meninggalnya kedua anak
laiki-lakinya. Dengan kata lain, jikalau sebelumnya Yehuda memandang Tamar
sebagai wanita kutukan. Kini Tamar membuktikan bahwa ia adalah wanita cerdas
dan pantas diperjuangkan, ia membuktikan bahwa ia sehat dan diberkati dengan
kehamilannya. Kini ia bukan lagi menjadi menantu Yehuda melainkan menjadi
istri Yehuda, pria yang sebelumnya memandang rendah dirinya.
Allah berada di pihak
Tamar. “TUHAN menjaga orang-orang asing, anak yatim dan janda ditegakkan-Nya
kembali, tetapi jalan orang fasik dibengkokkan-Nya.” (Mzm 146:9 i_TB)
Kisah Tamar dalam episode
kedua ini bukanlah sebuah cerita menarik dan halal untuk diceritakan kembali
sebagai sebuah petualangan iman, pada zaman ini. Betapa latarbelakang budaya
dan agama yang sangat berbeda menyebabkan cara-cara Tamar tak dapat diterapkan.
Namun demikian pelajaran-pelajaran iman yang berharga adalah warisan berharga
bagi pembaca yang beriman.
1. Apapun
status dan keadaan seorang wanita, ia harus dihargai dan diperlakukan sebagai
manusia yang memiliki hak-hak yang sama dengan kaum pria. Karena menghargai
wanita sebagai mahkluk yang memiliki derajat yang sama dengan pria adalah
tindakan nyata orang beriman. Allah menciptakan wanita dengan semua kualitas
diri yaitu kemampuan dan kelebihan yang dibutuhkan seorang pria untuk
untuk menjadi seorang pria sejati. Sebaliknya Allah juga menciptakan seorang
pria dengan semua kualitas diri untuk melengkapi seorang wanita menjadi wanita
seutuhnya. Dengan landasan keyakinan inilah wanita harus dihargai sebagaimana
Allah menciptakan dan menghargainya karena Allah menciptakan pria dan wanita
untuk saling melengkapi dan mengisi.
Konsep wanita sebagai
penolong bukan berarti wanita berada pada posisi kedua tetapi karena tugas
pemeliharaan ciptaan lainnya diberikan kepada pria dan wanita diciptakan untuk
menolong pria menyelesaikan tugas tersebut. Dengan kata lain, keberhasilan
pemeliharaan kehidupan ciptaan lainnya tergantung sepenuhnya kepada kerjasama
pria dan wanita dan kerjasama ini haruslah berlandaskan iman. Maka
tepatlah perkataan itu "dibelakang pria-pria sukses terdapat wanita-wanita
hebat."
2. Tindakan
iman bukanlah tindakan nekat yang membabi buta atau tindakan sembrono yang
mengatasnamakan Tuhan. Tindakan iman pertama-tama haruslah berlandaskan
kesadaran akan "kedaulatan Tuhan" serta kesabaran menanti
tergenapinya "kehendak Tuhan didalam waktuNya". Demikianlah Tamar
pulang kerumah kedua orangtuanya dengan rasa pahit sebagai seorang Janda yang
terbuang. Namun ketika tiba waktuNya, Allah membalas kepahitan Tamar dengan
mengangkat nama baiknya. Kini Tamar menjadi ibu dan istri Yehuda.
Yang kedua, tindakan iman
selalu berlandaskan kerendahan hati. Kita harus selalu menyadari siapa kita
dihadapan Tuhan. Biarlah Tuhan menjadi Tuhan, jangan menjadikan Tuhan sebagai
pembantu kita. Hanya ada satu Tuhan, dan anda bukanlah Tuhan. Seharusnya kita
mentaati Dia dan bukan sebaliknya menyuruh Tuhan melaksanakan / mentaati
keinginan kita.
Yang ketiga, tindakan iman
haruslah berlandaskan kasih dan pengampunan dan bukan benci dan penghakiman.
Sungguhlah Tamar tidak benci dan menghakimi Yehuda melainkan menuntut
hak-haknya. Lewat episode kedua ini kita belajar sikap iman Tamar. Tanpa kasih
dan pengampunan tindakan iman takanlah menghasilkan apa-apa.
Yang keempat, tindakan
iman selalu dapat diambil oleh siapa saja tanpa memandang status. Apakah anda
seorang pendeta, penginjil, pengkhotbah, guru, majelis gereja atau jemaat
biasa. Setiap orang berkesempatan dan dapat bertindak dalam iman seperti Tamar.
3. Hubungan
seksual adalah sebuah hubungan kudus dan khusus dianugrahkan kepada pria dan
wanita didalam pernikahan. Karena itu melakukan hubungan seks sebagai suami istri
atau hanya dengan suami dan istri kita adalah sebuah tindakan kudus. Dalam
kisah Tamar dan Yehuda, Allah bertindak dalam budaya yang salah untuk
mendatangkan kebaikan bagi Tamar dan Yehuda.
Hubungan seks atau
hubungan badan menjadikan pihak pria dan wanita menjadi satu.
“Itu sebabnya laki-laki
akan meninggalkan ibu bapaknya dan bersatu dengan istrinya, maka keduanya
menjadi satu.’ Jadi, mereka bukan lagi dua orang, melainkan satu.” (Mrk 10:7-8
i_BIS)
“Atau tidak tahukah kamu,
bahwa siapa yang mengikatkan dirinya pada perempuan cabul, menjadi satu tubuh
dengan dia? Sebab, demikianlah kata nas: "Keduanya akan menjadi satu
daging."” (1Kor 6:16 TB)
Episode ketiga: Buah
Pelacuran Tamar
“Kira-kira tiga bulan
kemudian Yehuda mendapat kabar bahwa Tamar menantunya telah bertindak sebagai
pelacur dan sudah hamil. Lalu Yehuda memerintahkan, "Ambillah dia dan
bakarlah sampai mati!" Sementara Tamar dibawa keluar, ia mengirimkan pesan
kepada ayah mertuanya, katanya, "Aku telah dihamili oleh orang yang
memiliki benda-benda ini. Periksalah siapa pemilik stempel dengan talinya dan
tongkat ini." Yehuda mengenali benda-benda itu dan berkata, "Wanita
itu tidak bersalah. Saya tidak memenuhi kewajiban saya terhadap dia; seharusnya
saya kawinkan dia dengan anak saya Syela." Yehuda tidak pernah lagi
bersetubuh dengan Tamar. Ketika sudah waktunya Tamar bersalin, ternyata ia akan
melahirkan anak kembar. Sedang ia bersalin, salah satu bayi kembar itu
mengeluarkan tangannya, lalu bidan memegang tangan itu dan mengikatnya dengan
benang merah. Katanya, "Anak ini lahir lebih dahulu." Tetapi bayi itu
menarik tangannya kembali, dan bayi yang satu lagi lahir lebih dahulu. Kemudian
bidan berkata, "Jadi begitulah caramu mendesak keluar!" Maka anak
yang lahir lebih dahulu itu dinamakannya Peres. Setelah itu barulah lahir
adiknya yang tangannya ada benang merahnya. Dia diberi nama Zerah.” (Kej
38:24-30 i_BIS)
Beberapa fakta dan
pelajaran dari episode ketiga:
1. Tamar
tidak gegabah membuka aib pelacurannya kepada Yehuda sebagai tindakan
pembenaran. Tampaknya ia menunggu tindakannya ini berbicara sendiri dalam
rentang waktu penantian.
2. Dalam
tatanan budaya saat itu, Tamar sebagai seorang janda yang terbuang, tetaplah
menjadi propertinya Yehuda ayah mertuanya. Hal ini membuat tak dapat berbuat
apa-apa dengan status kejandaannya.
3. Yehuda
menunjukkan sikap yang bertanggungjawab terhadap tindakannya; Akhirnya ia
mengakui dua kesalahannya yaitu kesalahannya pertama yang tidak menyerahkan
Syela anaknya untuk dikawinkan dengan Tamar dan kesalahan keduanya yang
menganggap Tamar sebagai pelacur. Kini ia menghormati Tamar dengan tidak lagi
bersetubuh dengan Tamar dan sejarah menulis Yehuda adalah ayah dari anak-anak
yang dilahirkan Tamar.
Iman Tamar dan Iman kita
Biarlah Allah mengampuni,
memulihkan dan membela kehidupan kita seperti yang dilakukannnya dalam
kehidupan Tamar dan biarlah Allah menyelesaikan semuanya itu dengan sempurna
seperti akhir dari kisah Tamar yang sudah kita lihat dalam tiga episode.
Allah sanggup menolong
kita, pertolonganNya sempurna. Allah adalah Alfa dan Omega. Ia yang telah
mengawali kehidupan kita dengan sempurna, walaupun dalam perjalanan iman kita;
banyak kejatuhan kita alami, banyak kemunduran terjadi, ketidaksetiaan
seringkali menjadi jalan keluar dari kekacauan hidup, mengandalkan kekuatan
sendiri dan berhenti mengandalkan Allah dan lalu menyombongkan diri dengan
semua keberhasilan kita. Namun Allah adalah Allah yang Alfa dan Omega.
Dia Alfa dalam memulai
kehidupan kita secara sempurna dan Dia Omega dengan menyelesaikan semua
kekacauan hidup secara baik dan sempurna. Dengan indahnya Sang Alfa dan Omega
memikat hati kita dalam kisah Tamar ini.
Tak peduli posisi dan
status sosial anda dalam masyarakat. Allah melihat hati anda, Ia sanggup dan
mampu menerobos ke bagian terdalam hati manusia karena Dialah yang menciptakan
hati kita. Ia mengetahui pertimbangan hati kita. Ia bersimpati dan peduli akan
kehidupan serta semua pergumulan hidup kita. Serahkanlah kepadaNya karena Ia
sanggup menyelesaikannya, dan menyelesaikannya dengan baik dan sempurna.
Pelajaran lain dari
episode ini ialah sikap bertanggungjawab yang diperlihatkan Yehuda terhadap
Tamar.
Ada dua hal menarik yang
patut kita simak sebagai pelajaran iman bagi kita yaitu;
Pertama, jika kesalahan
anda berbalik menuntut dan mengadili anda, mohonlah ampun kepada Tuhan dan
bertobatlah karena saat itu, Allah sedang bertindak memulihkan kehidupan anda.
Jika anda adalah seorang pria yang sedang atau dulunya pernah memandang rendah
dan mengecewakan wanita, melalui kisah ini, belajarlah pada sikap Yehuda dan
bertobatlah. Allah yang memulihkan Yehuda juga akan memulihkan anda.
Kedua, serahkanlah
persoalan hidupmu kepada Tuhan dan mintalah pembelaan dan penegakan keadilan
dari Allah. Jika anda adalah seorang wanita yang sedang atau dulunya telah
dikecewakan pria yang anda cintai dan andalkan, ampunilah mereka yang
mengecewakan anda dan berharaplah kepada Tuhan, mintalah penyelesaian masalah
daripadaNya. Karena ketika Tuhan menyelesaikan persoalan hidup Tamar, semuanya
indah. Ketika Tuhan menyelesaikan persoalan hidup anda, semuanya akan menjadi
indah.
Komentar
Posting Komentar
Pendapatmu?