Bacaan
1 Samuel 16:1-7 mengisahkan tentang bagaimana Tuhan menyelesaikan masalah yang
sedang dihadapi bangsa Israel.
Mengapa
Samuel sekejap mata melupakan petunjuk Tuhan?
1. Salah
pakai kaca mata. (Kaca mata manusia)
Kaca
mata TUHAN melihat masalah dengan benar.
2. Pakai
2 kaca mata. (Kaca mata TUHAN ditambah kaca mata manusia)
Kaca
mata TUHAN menolong pengambilan keputusan yang bijaksana.
Kesimpulan
ayat 7b
Kaca
mata TUHAN melihat hati.
Cara
kita memandang sebuah masalah mungkin berbeda karena TUHAN bekerja menurut
latarbelakang pendidikan dan pengalaman, tapi kalau kita menggenakan kaca
mata TUHAN, maka kita akan dapat membuat keputusan yang benar.
Lalu
terjadilah bahwa Tuhan menyuruh Samuel pergi mengurapi Daud sebagai raja Israel
menggantikan Saul. Namun timbul persoalan; Samuel tidak mengenal Daud. Kalau
Samuel memiliki rekan sepelayanan, mungkin ia bisa mendiskusikannya, tapi
Samuel melayani sendiri. Karena itu, Firman Tuhan pada Samuel seperti dalam
ayat 1 dan 3 tadi.
1
Berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Berapa lama lagi engkau berdukacita
karena Saul? Bukankah ia telah Kutolak sebagai raja atas Israel? Isilah tabung
tandukmu dengan minyak dan pergilah. Aku mengutus engkau kepada Isai, orang
Betlehem itu, sebab di antara anak-anaknya telah Kupilih seorang
raja bagi-Ku."
3
Kemudian undanglah Isai ke upacara pengorbanan itu, lalu Aku akan
memberitahukan kepadamu apa yang harus kauperbuat. Urapilah bagi-Ku
orang yang akan Kusebut kepadamu."
Petunjuknya
disebutkan 3 x dan sangat jelas. Namun petunjuk itu dilupakan Samuel saat ia
melihat Eliab yang gagah perkasa berdiri dihadapannya.
6
Ketika mereka itu masuk dan Samuel melihat Eliab, lalu pikirnya:
"Sungguh, di hadapan TUHAN sekarang berdiri yang diurapi-Nya."
Ada
beberapa kemungkinan mengapa Samuel lupa petunjuk Tuhan.
Seringkali
kita melakukan kesalahan yang sama persis dengan kesalahan Samuel. Saat
menghadapi masalah, kita cenderung terbawa arus/konflik. Kita cenderung memilih
salah satu posisi, sebagai kawan atau sebagai lawan. Apakah nantinya saya
untung atau rugi, apakah saya menang atau kalah, apakah nanti saya dipuji atau
dihina, apakah saya akan kehilangan pekerjaan atau dipertahankan dan dipromosi
naik jabatan, apakah hasil keringat saya dihargai atau dicela, apakah saya ...
Mengapa?
Karena kita melihat masalah dengan cara pandang yang tidak tepat.
Kaca
mata manusia akan melihat kehidupan secara egois, semuanya demi diri sendiri
atau kelompoknya.
Kaca
mata TUHAN akan melihat kehidupan secara utuh, demi kepentingan bersama, untuk
memuliakan nama Tuhan.
Menurut
Samuel, Israel membutuhkan raja untuk memimpin perang.
Menurut
Tuhan, Israel membutuhkan gembala untuk menggembalakan umat-Nya.
Karena
keinginan yang besar untuk menyelesaikan masalah, kita cenderung terburu-buru
mengambil keputusan tanpa pertimbangan yang matang. Keputusan-keputusan seperti
ini lebih cenderung menghasilkan polemik daripada jalan keluar.
Niat
awalnya ingin menyelesaikan masalah, justru menimbulkan masalah baru. Akibatnya
energi kita habis untuk membuat keputusan yang salah dan menyelesaikan masalah
yang tidak perlu.
Mengapa?
Karena kita menambahkan hikmat TUHAN dengan hikmat manusia dalam membuat
keputusan.
Pemimpin
versi Samuel :
(1 Samuel 16:6-7)
Pemimpin
versi Tuhan : (1
Samuel 17:36-37)
Bayangkan
apa yang akan terjadi jika Samuel menggunakan kaca mata manusia lalu mengurapi
Eliab, orang yang tidak dipilih Tuhan. Israel akan terus mengalami krisis
kepemimpinan.
Puji
Tuhan, Samuel tidak menggunakan 2 kaca mata.
Samuel
tidak berpikir, “ya menurut TUHAN memang hati yang penting, tapi jangan lupa,
penampilan fisik juga dong”
Kristen
tidak bisa menggunakan double standar kepemimpinan, Kristen tidak boleh
menggunakan 2 kaca mata dalam melihat kehidupan dan persoalan2 yang terjadi
didalam-Nya.
Dalam
kisah raja-raja Israel dan Yehuda, Alkitab memberitahukan kita standar
keberhasilan seorang raja dalam ayat-ayat seperti berikut:
Standar
keberhasilan :
Standar
kegagalan :
Keputusan
Samuel untuk mengenakan kaca mata TUHAN, sehingga mengurapi Daud dan bukan
Eliab sebagai pengganti Saul adalah sebuah keputusan bijaksana.
“...Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat
apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."
Komentar
Posting Komentar
Pendapatmu?