Refleksi kepemimpinan dari ketiga tokoh Alkitab yang mewakili gaya “pemimpin tukang pos”—masing-masing memperlihatkan sisi berbeda dari kepemimpinan yang menghindari tanggung jawab:
Harun – Kepemimpinan yang Menyerah pada Tekanan
Keluaran 32:1–6, 21–24
- Situasi: Dihadapkan pada desakan rakyat yang ingin membuat allah buatan saat Musa naik ke gunung Sinai.
- Respons: Tidak memberi arah rohani yang tegas, justru memfasilitasi keinginan rakyat.
- Refleksi: Ketika pemimpin tidak memegang teguh prinsip, ia menjadi pelayan tekanan sosial alih-alih pelayan kehendak Allah. Ia gagal menilai permintaan secara moral dan spiritual.
Raja Saul – Kepemimpinan yang Terjebak Popularitas
1 Samuel 15:13–24
- Situasi: Diperintah memusnahkan bangsa Amalek sepenuhnya, namun menyisakan yang “berharga”.
- Respons: Menyalahkan rakyat dan berusaha membenarkan tindakannya demi alasan religius.
- Refleksi: Pemimpin yang takut kehilangan dukungan cenderung memanipulasi tanggung jawab. Ketika keputusan diambil tanpa keberanian moral, ketaatan pada Tuhan menjadi relatif.
Pilatus – Kepemimpinan yang Mencuci Tangan
Matius 27:24
- Situasi: Di hadapan tuntutan massa untuk menyalibkan Yesus meski mengetahui Ia tidak bersalah.
- Respons: Menyerahkan Yesus dan secara simbolik mencuci tangannya sebagai penyangkalan tanggung jawab.
- Refleksi: Ketika pemimpin memilih aman secara politis daripada benar secara moral, ia menjadi fasilitator ketidakadilan. “Netralitas” palsu seringkali adalah bentuk terlemah dari kepemimpinan.
Ketiga tokoh ini memperlihatkan pola yang sama: ketika pemimpin menghindari mengambil posisi, nilai-nilai dan keadilan menjadi korban. Kepemimpinan yang sejati menuntut:
- Ketegasan dalam nilai
- Keberanian moral melawan arus
- Keterlibatan aktif dalam kebenaran, bukan hanya menjadi perantara informasi
Komentar
Posting Komentar
Pendapatmu?