Papa...
Engkaulah pria kabanggaan hidupku.
kurindu berada di dekatmu, mengingatmu. hangat terasa hatiku.
memikirkanmu, membangkitkan rasa banggaku akan hidup ini,
mengenang setiap tindakan dan keputusan-keputusanmu, membuatku tersanjung,
Tak ada yang menyamaimu, kasih dan ketegasanmu, berlangsung bersamaan,
setiap rotan yang pernah kualami telah menguatkan aku melalui masa-masa sulit hidup ini,
setiap kasih dan perhatianmu telah membentuk hati ini selembut sutra,
Papa, aku rindu melihat senyuman wajahmu,
kerutan pengalaman hidup didahimu telah terbentuk jauh sebelum aku lahir,
ketampananmu takan luntur, engkaulah pahlawanku,
setiap inchi kulit tubuh telah termakan cerita hidup seorang ayah,
Papa, aku bangga menjadi anakmu,
Aku bersyukur pernah berjalan disisimu sebagai seorang anak lelaki kecil dengan rasa aman, sambil melihat padamu, menggenggam tanganmu, meniti setiap sudut kota kelahiranku.
Papa, entah apa jadinya seorang Akhim jika engkau tak pernah menjadi papaku,
engkaulah yang mengajarkan aku kehidupan ini, setiap perjalanan hidup kukenal dan kupelajari darimu,
engkau bagaikan sebuah buku yang dapat kubaca, setiap kata-katamu selalu relevan dengan usiaku,
engkau mengerti bahasa balitaku,
engkau mengeri hati kanak-kanakku,
engkau mengerti kebimbangan masa mudaku,
engkau mengerti tindakan dan pilihanku ketika aku meninggalkanmu dikota tempat engkau melahirkan dan membesarkan aku.
Setiap saat telingamu selalu siap mendengarkan aku, ketika diperantauan ini, aku membutuhkan seseorang untuk bercerita tentang susahnya kehidupan ini.
Engkau mengerti dan memendam rasa rindumu yang tak terkatakan ketika aku sepertinya melupakan engkau dan hanyut dalam kehidupanku sendiri.
Selembar suratku yang engkau terima setahun yang lalu, terus kau pegang sebagai pelepas rindu,
Maafkan aku Papa, aku berjanji, aku akan mengirimkan seribu surat untukmu, aku akan datang menemuimu, aku akan memegang tangan kekarmu yang mulai melemah, aku akan memeluk tubuh kekarmu yang pernah menggendong aku, aku tinggal bersamamy dihatiku.
Aku teringat saat mereka mencacimu karena cintamu yang besar kepada Yesus, Tuhanmu. Betapa bangganya hatiku melihat engkau tersenyum tanpa membalas sepatah katapun. Betapa bangganya hatiku melihat engkau menyembunyikan aku dibalik tubuhmu agar aku tidak dihina.
Mereka berkata, engkau terlalu beriman sehingga melupakan realita kehidupan ini,
Mereka berkata, engkau sok rohani sehingga melupakan hal-hal materi,
Mereka berkata banyak hal yang mereka tidak mengerti dari hati besarmu yang memiliki hati kecilku,
Betapa sakit hatiku saat itu, betapa pahlawanku dihina. Aku ingin kembali suatu saat nanti, ditempat itu, kepada anak-anak muda yang mencaci papa malam itu, aku ingin menunjukkan dan memberitahu mereka, engkaulah pria terbaik, ayah sejati dan akulah anakmu, seorang Akhim yang telah berhasil.
Papa...
Kemanapun aku pergi, namamu akan terukir disetiap langkah kakiku, nasehat dan prinsip hidupmu tertanam kuat disetiap sendi kakiku menguatkan kakiku untuk melangkahi hidup ini.
Kapanpun aku bicara, prinsip-prinsip hidupmu yang akan terucap disetiap kata-kataku.
Aku pernah mendengar cerita tentang orang-orang hebat didunia ini,
tentang bagaimana mereka berjasa bagi banyak orang,
tentang bagaimana teori-teori akademis mereka terbukti bermanfaat bagi dunia akademik,
tentang penemu pesawat,
tentang penemu listrik,
tentang herkules yang kuat,
tentang robinhood pembela kebenaran.
Namun semua cerita kepahlawanan itu hanya kudengar,
namun semua cerita kepahlawan itu diceritakan orang kepadaku.
Disini, saat ini, aku melihat engkau berdiri gagah dihadapanku.
Disini, saat ini, aku melihat semua cerita kepahlawanan menjadi nyata,
Disini, saat ini, aku melihat pahlawanku berdiri.
Papa, Ayah, ENGKAU PAHLAWANKU.
Tidak kudengar cerita tentang dirimu,
tidak kudengar orang menceritakan kepahlawananmu,
aku melihatnya sendiri, aku mengalaminya sendiri betapa KEPAHLAWANANMU bagi kami sekeluarga,
betapa kasihmu kepada ibu,
betapa kasihmu kepada kami anak-anakmu.
ENGKAU PAHLAWANKU yang menggendong aku kecil.
ENGKAU PAHLAWANKU yang mengajar aku berjalan.
ENGKAU PAHLAWANKU yang menemani aku remaja melangkahi setiap sudut kota kelahiranku.
ENGKAU PAHLAWANKU yang mengajariku dengan hati-hati tentang kehidupanku.
ENGKAU PAHLAWANKU yang melepas aku pergi dengan bangga.
ENGKAU PAHLAWANKU yang menyertaiku dengan seluruh doa-doamu.
Papa, Ayah, ENGKAU PAHLAWANKU.
Terimakasih untuk kehidupan yang kau berikan padaku, aku anakmu, engkau ayahku.
Selamanya namamu akan terukir di hidupku, dan cucumu yakni anak-anakku dan anak-anak yang akan mereka lahirkan.
Aku mengasihimu Papa.
Diambil dari tulisan saya di www.kompasiana.com
Note:
Dengan tidak melupakan nama penulisnya, silahkan dicopy untuk Papa tercinta, suami tercinta, calon suami tercinta, dan untuk arsip pribadi.
Komentar
Posting Komentar
Pendapatmu?