Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2021

KEDEWASAAN UMAT KRISTEN

Tulisan Bang Denny Siregar ini saya temukan di group WA dan saya putuskan untuk posting di blog ini. Selamat membaca, selamat diberkati. Amin. KEDEWASAAN UMAT KRISTEN Oleh: Denny Siregar Salah satu unsur yang menyelamatkan situasi di NKRI dari perpecahan adalah kedewasaan umat beragama yang dicap minoritas di Indonesia.. Salah satunya adalah umat Kristiani... Entah sudah berapa kali mereka di provokasi untuk diadu dengan melecehkan simbol2 mereka, mulai dari bungkus tempe dari sobekan Alkitab sampai sandal bergambar Yesus dan bunda Maria. Sayangnya, konspirasi untuk membuat umat Kristen "naik darah" seperti membentur tembok yang keras. Mereka menyikapi pelecehan itu dengan gaya yang berbeda, bahwa itu bukan pelecehan tetapi bagian dari mengabarkan. Apakah mereka tidak marah ketika simbol2 itu dilecehkan ? Tentu marah, saya yakin itu. Marah itu menandakan seseorang itu masih sehat dan mempunyai emosi. Hanya saja, mereka mampu mengalirkan emosinya ke dalam bentuk kasih, sebagai

VERONIKA TAN

Veronika Tan adalah wanita kelahiran Medan berusia 43 tahun. Ia terkenal sebagai (mantan) istri Ahok Gubernur DKI Jakarta ke 15, periode  2014  -  2017. Ibu 3 anak ( Nicholas Sean ,  Nathania ,  Daud Albeenner)  dari pernikahannya dengan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok itu tidak saja terkenal sebagai istri Ahok, akan tetapi juga sebagai seorang pemain Celo. Kemampuan musiknya juga dipersembahkan kepada gereja sebagai pemain piano.   Dimasa kepemimpinan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta, Ibu Vero (panggilan akrabnya) juga terlibat aktif dalam mendukung kinerja suaminya. Bersama Happy Djarot Hidayat, istri dari Wakil Gubernur DKI Jakarta saat itu,  Djarot Saiful Hidayat, ia sering terlihat berada diantara masyarakat, melaksanakan program-program pemerintah DKI Jakarta. Menikah dengan Ahok pada tanggal 6 September 1997, Veronika Tan tercatat telah menemani Ahok sejak mengawali karir politiknya di daerah Bangka Belitung. Pada tahun 2004 sebagai ketua DPC Partai PIB (Perhimpunan Indonesia

KETIKA MALAM

Matahari yang perkasa malu-malu pergi, tidak terburu-buru tapi berganti warna dibalik gunung nan jauh dibarat sana. Kuning menjadi jingga, kemudian langit ufuk barat dibuatnya memerah, beberapa saat kemudian,  hitam gelap berbaris maju perlahan pasukan malam dari timur,  seperti taburan kertas mengkilap hari ulang tahun, nampak kerlap kerlip berhamburan dilangit. Semestaku dan semestamu, semesta orang lain juga tiba-tiba berhenti. Keluarga merajuk manja diruang tamu, anak perawan menanti pangerannya menjemput, aku yang mengigil didepan laptop terus terbayang tugas kuliah yang belum selesai. Ingin kupukul tembok didepanku,  mungkin saja memancar keluar hikmat yang macet itu. Secangkir kopi kubuat, sebagai alasan 5 menit melepas penat didapur istri.  Semua kebahagiaan dunia ini,  baginya adalah berada didapur dan membuat masakan enak untuk suaminya. Tapi, untuk secangkir kopi, akulah ahlinya.  Kopi dan malam, sama-sama gelap,  malampun, manis karena bintangnya, manja karena kesendirianku

BIARPUN GUNUNG-GUNUNG BERANJAK

Biarpun gunung-gunung beranjak adalah sebuah lagu berirama girang dan berisi lirik yang sederhana dengan pesan yang kuat bahwa "kesetiaan Tuhan takan berubah didalam kehidupan umat-Nya" Lagu ini terinspirasi dari Alkitab: Yesaya 54:10. Sebab biarpun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoyang, tetapi kasih setia-Ku tidak akan beranjak dari padamu dan perjanjian damai-Ku tidak akan bergoyang, firman TUHAN, yang mengasihani engkau.  Kitab Yesaya terdiri dari 66 pasal dan kitab ini terbagi dalam dua bagian yakni pasal 1-39 berisi nubuat tentang penghukuman dan pasal 40-66 berisi nubuat tentang keselamatan. Nah bagian Yesaya 54:10 adalah ketika Allah mengumumkan keselamatan yang daripada-Nya setelah penghukuman yang dialami umat-Nya karena pelanggaran mereka. Hal ini mengingatkan kita bahwa kasih Allah tak dapat diubah oleh apapun juga. Bahkan oleh kelemahan dan palanggaran kita. Kasih Allah menghukum kesalahan dan kasih Allah mengajar serta mendisiplinkan umat-Nya agar tida

MENULIS UNTUK SOLUSI

Menulis untuk solusi adalah sebuah fakta menarik karena semua analisa dalam pikiran dituangkan dalam bentuk baku, detail, terperinci dan bersifat permanen dalam rangkaian huruf yang membentuk kata dan kalimat. Di perguruan-perguruan tinggi, pemerintah mewajibkan setiap staf pengajar atau dosen harus menghasilkan karya tulis ilmiah.  Mereka yang diwajibkan adalah dosen yang ingin mengikuti program setifikasi dosen dari pemerintah untuk kemudian menerima tunjangan pengajar perguruan tinggi dari Pemerintah. hal ini mendorong para dosen di Indonesia untuk melakukan penelitian dan menulis. Hal ini dijelaskan secara lengkap oleh  www.duniadosen.com . Mengapa saya menekankan pada pengajar perguruan tinggi? Karena menurut UU Sistem pendidikan Nasional tahun 2012 Bab 1, No. 9, Tridharma (Tiga kewajiban) Perguruan Tinggi adalah pertama: kewajiban untuk menyelenggarakan Pendidikan, kedua: kewajiban untuk menyelenggarakan penelitian, ketiga: kewajiban pengabdian kepada masyarakat. Lebih lanjut dij

Puisi Untuk Papa (Pahlawanku)

 Papa... Engkaulah pria kabanggaan hidupku. kurindu berada di dekatmu, mengingatmu. hangat terasa hatiku. memikirkanmu, membangkitkan rasa banggaku akan hidup ini, mengenang setiap tindakan dan keputusan-keputusanmu, membuatku tersanjung, Tak ada yang menyamaimu, kasih dan ketegasanmu, berlangsung bersamaan,  setiap rotan yang pernah kualami telah menguatkan aku melalui masa-masa sulit hidup ini,  setiap kasih dan perhatianmu telah membentuk hati ini selembut sutra, Papa, aku rindu melihat senyuman wajahmu,  kerutan pengalaman hidup didahimu telah terbentuk jauh sebelum aku lahir, ketampananmu takan luntur, engkaulah pahlawanku, setiap inchi kulit tubuh telah termakan cerita hidup seorang ayah, Papa, aku bangga menjadi anakmu,  Aku bersyukur pernah berjalan disisimu sebagai seorang anak lelaki kecil dengan rasa aman, sambil melihat padamu, menggenggam tanganmu, meniti setiap sudut kota kelahiranku. Papa, entah apa jadinya seorang Akhim jika engkau tak pernah menjadi papaku,  engkaulah